Senin, 18 Agustus 2014

Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Balita

Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Balita

“Memberi pengetahuan kepada ibu untuk lebih menjaga gigi anak, waspada pergantian gigi, meskipun gigi susu bakal tanggal, tapi tetap dijaga. Ibu yang cerdas akan mengurangi gigi gigis pada balita.” Harapan Yuntari, mahasiswa KKN dari Universitas Jember sekaligus penanggung jawab penyuluhan saat memberi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk balita di posyandu Dusun Pondokmiri Desa Pondokrejo.
Jumat, 15 Agustus 2014, mahasiswa KKN Universitas Jember memberi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk yang kedua kalinya. Kegiatan ini merupakan salah satu program KKN dari pilar kesehatan. Penyuluhan bertujuan untuk mensosialisasikan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak.
Acara dimulai pukul 09.00. Saat semua balita selesai ditimbang, mahasiswa KKN siap untuk memberi penyuluhan. Berbekal selebaran yang dibagikan kepada ibu-ibu, banner untuk memberi gambaran, dan gigi tiruan untuk mempraktekkan. Isi penyuluhan berupa tahapan gigi permanen tumbuh dan cara menjaga gigi balita.
“Gigi yang paling depan ini namanya gigi seri, biasanya tumbuh pada usia tujuh sampai delapan tahun.” Salah satu penjelasan Diana, mahasiswi yang bertugas untuk memberi penyuluhan. Selain usia pertumbuhan gigi permanen, penyuluhan juga difokuskan pada perawatan gigi balita. Untuk menjaga gigi balita seharunya sudah sejak anak-anak belum mempunyai gigi.  Untuk memaksimalkan penyuluhan, selain mahasiswa yang menerangkan dengan banner, beberapa mahasiswa memberi penyuluhan dengan selebaran dan gigi tiruan dan menjelaskan satu per satu macam-macam gigi dan usia tumbuh.
“Kalau anak-anak yang sudah tidur, jangan membiarkan botol susu tetap dimulut anak. Membiarkan anak tidur dengan botol susu, bisa membuat gigis gigi anak. Kalau tidak bisa lepas dari botol, diganti dengan air putih.” Saran Yuntari saat penyuluhan. Selain itu, juga saran tentang gosok gigi sehari dua kali, membersihkan gusi anak yang belum mempunyai gigi dengan kain basah atau kain kasa, dan berkumur setelah makan untuk mencegah gigi gigis pada anak.
Meskipun antusiasme ibu-ibu tidak seperti penyuluhan di posyandu sebelumnya, namun semangat mahasiswa tidak berkurang. Harapan untuk mencerdaskan ibu-ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut balitanya menjadi semangat mahasiswa. Penyuluhan diakhiri ketika ibu-ibu dan balitanya telah meninggalkan posyandu.

0 komentar:

Posting Komentar