Penyuluhan
Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Balita
“Memberi pengetahuan
kepada ibu untuk lebih menjaga gigi anak, waspada pergantian gigi, meskipun
gigi susu bakal tanggal, tapi tetap dijaga. Ibu yang cerdas akan mengurangi
gigi gigis pada balita.” Harapan Yuntari, mahasiswa KKN dari Universitas Jember
sekaligus penanggung jawab penyuluhan saat memberi penyuluhan kesehatan gigi
dan mulut untuk balita di posyandu Dusun Pondokmiri Desa Pondokrejo.
Jumat, 15 Agustus 2014, mahasiswa KKN
Universitas Jember memberi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk yang kedua
kalinya. Kegiatan ini merupakan salah satu program KKN dari pilar kesehatan.
Penyuluhan bertujuan untuk mensosialisasikan cara menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak-anak.
Acara dimulai pukul 09.00. Saat semua balita
selesai ditimbang, mahasiswa KKN siap untuk memberi penyuluhan. Berbekal
selebaran yang dibagikan kepada ibu-ibu, banner
untuk memberi gambaran, dan gigi tiruan untuk mempraktekkan. Isi penyuluhan
berupa tahapan gigi permanen tumbuh dan cara menjaga gigi balita.
“Gigi yang paling depan ini namanya gigi seri,
biasanya tumbuh pada usia tujuh sampai delapan tahun.” Salah satu penjelasan
Diana, mahasiswi yang bertugas untuk memberi penyuluhan. Selain usia
pertumbuhan gigi permanen, penyuluhan juga difokuskan pada perawatan gigi
balita. Untuk menjaga gigi balita seharunya sudah sejak anak-anak belum
mempunyai gigi. Untuk memaksimalkan
penyuluhan, selain mahasiswa yang menerangkan dengan banner, beberapa mahasiswa memberi penyuluhan dengan selebaran dan
gigi tiruan dan menjelaskan satu per satu macam-macam gigi dan usia tumbuh.
“Kalau anak-anak yang sudah tidur, jangan
membiarkan botol susu tetap dimulut anak. Membiarkan anak tidur dengan botol
susu, bisa membuat gigis gigi anak. Kalau tidak bisa lepas dari botol, diganti
dengan air putih.” Saran Yuntari saat penyuluhan. Selain itu, juga saran
tentang gosok gigi sehari dua kali, membersihkan gusi anak yang belum mempunyai
gigi dengan kain basah atau kain kasa, dan berkumur setelah makan untuk
mencegah gigi gigis pada anak.
Meskipun antusiasme ibu-ibu tidak seperti
penyuluhan di posyandu sebelumnya, namun semangat mahasiswa tidak berkurang.
Harapan untuk mencerdaskan ibu-ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
balitanya menjadi semangat mahasiswa. Penyuluhan diakhiri ketika ibu-ibu dan
balitanya telah meninggalkan posyandu.
0 komentar:
Posting Komentar